Menghakimi Orang Lain

 

Fulan dan Fulanto terlibat dalam tanya jawab mengenai situasi saat ini dimana satu pihak dengan mudahnya menuduh pihak lain salah dan hanya dirinya yang paling benar.

Fulan

Itu namanya menghakimi orang lain.


Fulanto : 

Apa sih "menghakimi orang lain"?


Fulan:

Ini sesuatu yang sangat serius.


Fulanto :

Maksudnya?


Fulan :

Menghakimi orang lain adalah pekerjaan mudah. Sebab tidak perlu data yang valid. Dia mengatakan seseorang melakukan kesalahan atau keburukan tapi tidak berdasarkan data-data yang cukup cuma berdasarkan nafsu.


Fulanto : 

Jadi bisa suka-suka yang menghakimi ya?


Fulan :

Iya. Hal yang penting harus tahu resikonya. Siapa menghakimi orang lain itu pertanda dia merasa paling benar sendiri. Hal ini sangat dikecam dalam semua agama. Kalau dalam Islam, Rasul SAW telah mengatakan :"Janganlah menyatakan bahwa diri kalian suci. Sesungguhnya Allah lebih tahu manakah yang baik diantara kalian. (HR Muslim)


Fulanto:

Ingat kata menghakimi jadi ingat pengadilan. Jadi kalau seseorang menghakimi orang lain dia bertindak seperti hakim ya?  Bagaimana proses di pengadilan?


Fulan :

Proses di pengadilan sangat kompleks. Saat hakim menghakimi terdakwa, maka harus ada kelengkapan-kelengkapan ini di pengadilan :

- terdakwa

- 2 alat bukti yang cukup

- jaksa penuntut umum

- pembela

- para saksi meringankan atau memberatkan


Fulanto :

Kalau salah satu tidak ada?


Fulan :

Hakim tidak akan melanjutkan persidangan.


Fulanto :

Kalau dipaksakan?


Fulan :

Ya namanya pengadilan sesat.


Fulanto :

Maksudnya?


Fulan :

Hakim tak akan memutuskan apa-apa bila ada informasi yang kurang. Dia akan minta sampai lengkap namun bila  ada maka pihak yang gagal menghadirkan data harus siap konsekuensinya bila dia dirugikan. Sebab hakim tak mau disebut sesat bila mengadili tanpa data yang cukup dari semua pihak yang terlibat.

Makanya jangan sok-sok-an jadi hakim bagi seseorang bila informasi yang ada tidak cukup atau hanya sepihak, karena masuk kategori orang sesat.


Ada cerita dari Nashrudin :

Saat seorang hakim meninggal, Nashrudin datang lalu mencium telinga kanan sang hakim. Nashrudin mencium bau yang sangat wangi. Lalu Nashrudin mencium telinga kirinya, dan dia mencium bau yang sangat busuk.

Seorang hakim menempatkan satu kakinya di syurga dan satu kaki lainnya di neraka. Bila dia adil maka dia akan memasuki syurga, tapi bila dia tidak adil maka nerakalah tempatnya.


No comments:

Post a Comment